LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGUAN SISTEM
PENCERNAAN : DEMAM THYPOID DI
RUANG
ANGGREK 2 RSUD DR DRAJAT PAWIRANEGARA
NAMA : TASBIHUL ANWAR
PROGRAM STUDY PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FALETEHAN
SERANG-BANTEN
2016/2017
A. DEFINISI PENYAKIT
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini
masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine
dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and
Sudart, 2007 ).
Typhus
abdominalis atau demam typhoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan
lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30
- 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%).
(Mansjoer, Arif. 2010).
Demam
typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A.
Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and
Sudart, 2014 ).
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid
adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 2008).
Demam
typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran.(Mansjoer, 2009: 432).
Demam
typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan
salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1).
Demam
typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh
tubuh.(Tambayong, 2011: 143).
Demam
typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella
typhi.( Ovedoff, 2011: 514).
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasa mengenai saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam
yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan
kesadaran Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan
masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi
akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi
klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Salmonella
thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1. antigen O
(somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2. antigen
H(flagella)
3. antigen V1 dan protein membrane hialin
b.
Salmonella parathypi A
c.
Salmonella parathypi B
d.
Salmonella parathypi C
e. Faces dan
Urin dari penderita thypus
Penyakit tifus
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel
(bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri
tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan
baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit,
namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B
atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella
Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a.
antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik
untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan
somatik antigen yang tidak menyebar
b.
antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c.
antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis
C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas
7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer,
Arif, 1999):
a.
Perasaan tidak enak badan
b.
Lesu
c.
Nyeri kepala
d.
Pusing
e.
Diare
f.
Anoreksia
g.
Batuk
h.
Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad
Juwono, 1996) :
a. Demam
1.
Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari
2.
Minggu II: Demam terus
3.
Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
b. Gangguan
pada saluran pencernaan
1)
Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor
2)
Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
3)
Terdapat konstipasi, diare
c. Gangguan
kesadaran
1)
Kesadaran yaitu apatis–somnolen
2)
Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit )
Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya
terlihat segar namun menjelang malamnya demam
tinggi.
a.
Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau
pedas.
b.
Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung
sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan
tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
c.
Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
d.
Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,
pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
e.
Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2008) :
a. Komplikasi
intestinal
1) Perdarahan
usus
2) Perforasi
usus
3) Ileus
paralitik
b. Komplikasi
ekstra intestinal
1) Kardiovaskuler
: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitie.
2) Darah :
anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
3) Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
4) Hepar dan
kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
5) Ginjal
: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Tulang
: oeteomielitis, periostitis, epondilitis,
dan arthritis.
7) Neuropsikiatrik
: delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie,
perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
8) Pada
anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum,
terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
Di usus halus
Umumnya jarang
terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a.
Perdarahan usus
Diagnosis
dapat ditegakkan dengan :
ü Penurunan TD dan suhu
tubuh
ü Denyut nadi bertambah
cepat dan kecil
ü Kulit pucat
ü Penderita mengeluh
nyeri perut dan sangat iritabel
b.
Perforasi usus
Timbul
biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal
ileum.
c.
Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering
didapatkan:
ü Nyeri perut hebat
ü Kembung
ü Dinding abdomen tegang
(defense muskulair)
ü Nyeri tekan
ü TD menurun
ü Suara bising usus melemah
dan pekak hati berkuran
ü Pada pemeriksaan darah
tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
Diluar usus halus
a.
Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b.
Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c.
Kolesistitis
d.
Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah,
demam tinggi
e.
Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis,
panas, diare, kelainan neurologis.
f.
Miokarditis
g.
Karier kronik
E. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2009) :
a. Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
1. Kloramphenikol
: dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250
mg selama 5 hari kemudian.
2. Penelitian
terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat– obat terbaru
dari jenis kuinolon.
3. Ampisilin/Amoksisilin
: dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu.
4) Kotrimoksasol
: 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg trimetropim),
diberikan selama dua minggu.
b. Diet
1. Cukup kalori
dan tinggi protein
2. Pada keadaan
akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan bubur
kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan
secara aman.
3. Pada kasus
perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan
nutrisi parenteral total.
c. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah
posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik.
Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi
obstipasi dan retensi urine.
d. Perawatan
sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene,
kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.
a.
Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di
Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan diberikan pengobatan
yakni :
·
Isolasi
pasien.
·
Desinfeksi
pakaian.
·
Perawatan
yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia dan lain-lain.
·
Istirahat selama
demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),
kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan
diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup
cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak
serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering
digunakan :
a) Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat
utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg
BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
b) Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg
BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10 hari.
c) Bila terjadi ikterus dan
hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg
BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
Pencegahan
Cara pencegahan
yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah
(yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas (Abdi, 2008).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Pemeriksaan
darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
b. Biakan
empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam
minggu pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi
aglutinasi 1/200³ - Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang
bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah³atau
peningkatan kepada demam typhoid.
d. Pemeriksaan darah
d) Pemeriksaan darah untuk kultur
(biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan
dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam
urine dan feces dalam waktu yang lama.
e) Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan
pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid abdominalis secara pasti.
Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya.
(diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)
e. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang
belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES) dengan adanya sel
makrofag.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Faktor
Presipitasi dan Predisposisi
Faktor
presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar
oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan
melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila
klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah,
makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan (Abdi, 2008).
a. Pengumpulan data
- Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5. Riwayat penyakit keluarg
Apakah keluarga pernah
menderita hipertensi, diabetes melitus.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan
metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,
hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat
terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep
diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham paad klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak
lemah, suhu tubuh
meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik
usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi
tidak didapatkan adanya kelainan.
i) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
H.
PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2001) :
a. Kuman masuk melalui mulut,
sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan
organ-organ lainnnya.
b. Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan kuman
ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus
dan kandung empedu.
c. Pada minggu pertama sakit,
terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan
sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus.
Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
d. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus.
ANALISA DATA
NO
|
DATA PENUJANG
|
ANALISA DATA & PATOFLOW
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
DS DS :
ü
klien
mengeeluh demam
ü
klien
mengeluh lemas
DO DO :
ü kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal 36,5-37,5 C
ü kulit kemerahan dan kering
ü pertambahan RR Noormal 16-20 x/menit
ü tatikardi
ü kulit teraba panas
|
Bakteri salmonela thyposa
Masuk lewat makanan
Menginfeksi saluran pencernaan
masuk ke usus halus
demam thypoid
Inflamasi
Masuk kedalam darah
Bakteri mengeluarkan endotoksin
Peradangan lokal meningkat
Merangsang hipotalamsu
HIPERTERMI
|
Hipertermia
|
ANALISIA KEPERAWATAN
NO
|
DATA PENUJANG
|
ANALISA DATA & PATOFLOW
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||||||||||||||||||||||||
2
|
DS DS :
ü
klien
mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
ü
klien
mengeluh mengalami penurunan berat badan
DO DO:
ü penurunan berat badan 20 % dari berat badan
ü
Kelelahan
penurunan kekuatan otot
ü
Klien
terlihat tidak tertarik nafsu makan
ü
Bising
usus > 10 x/menit
|
Bakteri salmonela thyposa
Masuk lewat makanan
Menginfeksi saluran pencernaan
masuk ke usus halus
demam thypoid
Inflamsi
Anoreksia
Berat badan menurun
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
|
ANALISA KEPERAWATAN
ANALISA KEPERAWATAN
NO
|
DATA PENUJANG
|
ANALISA DATA & PATOFLOW
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||||||||||||||||||
3
|
DS DS:
ü Klien mengatkan lelah
ü Dan sering buang air Besar/diare
DO DO:
ü Perubahan status mental
ü Penurunan turgor kulit dan lidah
ü Penurunan haluaran urin
ü Penurunan pengisian vena
ü Kulit dan membrane mukosa kering
ü Kematokrit meningkat
ü Suhu tubuh meningkat
ü Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume dan tekanan
nadi
ü Konsentrasi urin meningkat
ü Penurunan berat badan yang tiba-tiba
ü Kelemahan
|
demam thypoid
Inflamsi
Anoreksia
Inflamasi
Peningkatan peristaltik usus
Cairan tubuh tidak terabsobsi
Dikeluarkan oleh usus
diare
ganguan keseimbangan
cairan
|
ganguan keseimbangan cairan
|
ANALISA KEPERAWATAN
NO
|
DATA PENUJANG
|
ANALISA DATA & PATOFLOW
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||||||||||||||||||
4
|
DS DS:
ü
klien
mengatakan aktivitasnya dibantu
ü
klien
mengatakan lemah dan cepat lelah
DO DO:
ü
BAB dan
BAK diantum oleh keluarga dan perawat
ü
terpasang
infus
ü
klien
terlihat lemah
ü
kekuatan
oto turun
|
demam thypoid
Inflamsi
Anoreksia
Inflamasi
Intek makanan untuk tubuh menurun
Metabolisme turun
Energi yang dihasilkan sedik
Keletihan
Intoleran aktifitas
|
Intoleran aktifitas
|
NO
|
DATA PENUJANG
|
ANALISA DATA & PATOFLOW
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||||||
5
|
DS
klien mengatakan :
ü Tidak mengetahui tentang proses penyakit
ü Pasien tidak punya dana untuk berobat
DO
klien terlihat :
ü Cemas dengan penyakit yang diderita
|
EMPHYSEMA EMPHYSEMA
Inflamasi
Iritasi bronkus
mengalami
klasifikasi
nekrosis
iritasi bronkus
sesak
cemas
kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
|
Cemas b.d Kurang pengetahuan tentang penyakit
|
ANALISIA KEPERAWATAN
RUMUSAN DAN PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
penyakit typoid
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. Ganguan keseimbanagan cairan
berhubungan dengan out put cairan berlebih
4. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
5. Cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan terhaadap penyakitnya
NCP (RENCANA KEPERAWATAN)
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
|
||
1
|
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi usus ditandai dengan
DS :
ü klien mengeeluh demam
ü klien mengeluh lemas
DO DO :
ü kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal 36,5-37,5 C
ü kulit kemerahan dan kering
ü
pertambahan
RR Noormal 16-20 x/menit
ü
tatikardi
ü kulit teraba panas
|
NOC
ü Thermoregulation
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama……….diharapkan masalah keperawatan dapat
teratasi dengan criteria hasil:
ü Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5-37,5 C
ü Nadi dan RR dalam rentang normal 16-20
x/menit
ü Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
|
Fever treatment
Temperature regulation
Vital sign Monitoring
|
NCP (RENCANA KEPERAWATAN)
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
|
||
2
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Ditandai dengan
DS :
ü klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
ü klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
DO DO:
- BB sebelum sakit :
.....kg, BB sesudah sakit : .....kg
|
NOC
·
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…………..diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan criteria
hasil:
ü Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
ü Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
ü Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
ü Tidak ada
tanda tanda malnutrisi
ü Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition Management
1)
Kaji adanya alergi makanan
2)
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3)
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4)
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
5)
Berikan substansi gula
6)
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7)
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
9)
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10)
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11)
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
1)
BB pasien dalam batas normal
2)
Monitor adanya penurunan berat badan
3)
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4)
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5)
Monitor lingkungan selama makan
6)
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7)
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8)
Monitor turgor kulit
9)
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10)
Monitor mual dan muntah
11)
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12)
Monitor makanan kesukaan
13)
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14)
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
15)
Monitor kalori dan intake nuntrisi
16)
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17)
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
NCP (RENCANA KEPERAWATAN)
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
|
||
3
|
Ganguan keseimbangan cairan
berhubungan dengan out put berlebih ditandai dengan
DS :
ü Klien mengatkan lelah
ü Dan sering buang air Besar/diare
DO DO:
ü Perubahan status mental
ü Penurunan turgor kulit dan lidah
ü Penurunan haluaran urin
ü Penurunan pengisian vena
ü Kulit dan membrane mukosa kering
ü Kematokrit meningkat
ü Suhu tubuh meningkat
ü Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume dan tekanan
nadi
ü Konsentrasi urin meningkat
ü Penurunan berat badan yang tiba-tiba
ü Kelemahan
|
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…………..diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan criteria
hasil:
ü
status mental normal
ü
turgor kulit dan lidah
normal
ü
jumnlah urin normal
ü
Penurunan pengisian vena
ü
Kulit dan membrane mukosa
lembab
ü
Kematokrit normal
ü
Suhu tubuh normal
ü
frekuensi nadi, penurunan
TD, penurunan volume dan tekanan nadi normal
ü
berat badan yang normal
ü
tidak merasa Kelemahan
|
NIC :
|
NCP (RENCANA KEPERAWATAN)
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
|
||
4
|
Intoleran aktifitas berhubungan dengan
keletihan fase penyakit thypoid
ditandai dengan
DS:
ü
klien mengatakan aktivitasnya dibantu
ü
klien mengatakan lemah dan cepat lelah
ü
klien mengatakan adanya sesak membuat klien tidak nyaman saat beraktivias
DO DO:
ü
BAB dan BAK diantum oleh keluarga
dan perawat
ü
terpasang infus
klien terlihat lemah
|
NOC :
·
Energy
conservation
·
Self Care :
ADLs
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…………..diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan criteria
hasil:
ü Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
ü Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara
mandiri
|
NIC :
Energy Management
1)
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2)
Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3)
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
4)
Monitor nutrisi dan
sumber energi tangadekuat
5)
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6)
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7)
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1)
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2)
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3)
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4)
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5)
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6)
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7)
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8)
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9)
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10)
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11)
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
|
NCP (RENCANA KEPERAWATAN)
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
|
||
5
|
Cemas berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakitnya
DS
klien
mengatakan :
ü Tidak mengetahui tentang proses penyakit
ü Pasien tidak punya dana untuk berobat
DO
klien
terlihat :
ü Cemas dengan penyakit yang diderita
|
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…………..diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan criteria
hasil:
ü Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
ü Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
ü Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
|
NIC
:
Teaching
: disease Process
1)
Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2)
Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
3)
Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4)
Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5)
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
6)
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7)
Hindari harapan yang kosong
8)
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9)
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10)
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11)
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12)
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13)
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14)
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
|
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakalah nya bagus lengkap, sumber terbaru, tapi tolong dicantumkan daftar pustaka ya☺, terimakasih
ReplyDeleteTrimakasih nanti di perbaiki...semoga bermanfaat
DeleteNice info bro..mampir juga ya https://www.askepjurnalkeperawatan.online/
ReplyDeleteSiap
DeleteThank youuu
ReplyDelete